Header Ads

  • Breaking News

    Musim pilpres, jaga privasimu di medsos agar tidak dicuri



    Musim pemilihan presiden kali ini jelas sangat berbeda dengan pemilihan presiden tahun-tahun sebelumnya. Para pendukung dari masing-masing kubu akan sangat masif membagikan hal-hal baik dari calon pilihannya. Tapi sayangnya, mentang-mentang Indonesia Tempati Posisi Tertinggi Perundungan di ASEAN, para pendukung dari kedua kubu pun seringkali membagikan keburukan-keburukan dari kubu lawan.

    Tim sukses dari kedua kubu pun sekarang sudah fasih sekali menggunakan internet (atau lebih spesifiknya sosial media) sebagai senjata andalan untuk mendongkrak kepopuleran calon masing-masing.

    Mengambil pelajaran dari kasus Cambridge Analytica yang menggunakan tools canggih untuk menghimpun data masyarakat dari media sosial, data tersebut diolah secara intensif melalui berbagai penelitian dan dijadikan senjata dalam pemenangan Donald Trump.

    Pertanyaannya, darimana data pengguna tersebut dikumpulkan?

    Sebenarnya agak lucu juga cerita tentang ini, saya pernah menulis status di sini tentang bagaimana cara pihak ketiga mendapatkan data kita, dan kurang ajarnya data tersebut didapat dengan cara yang LEGAL. Aneh kan ya???

    Begini... Pernah melihat aplikasi di dalam facebook “Bagaimana wajahmu 30 tahun lagi” atau semacamnya?



    Sebelum kita menggunakannya, pasti kita akan diminta untuk klik tombol sign in seperti ini


    Lalu muncul pop up yang meminta izin kita untuk “menyerahkan” data pribadi kita seperti ini







    Dalam kasus Cambridge Analytica data yang diambil adalah history aktifitas kita. Mulai dari halaman, status, komentar, gambar, ataupun video yang kita like. Data tersebut diolah untuk mengenali pengguna apakah dia pendukung Trump atau bukan.

    Lalu untuk apa data tersebut?

    Data yang berhasil dihimpun diolah sebagai algoritma (cara kerja) untuk menampilkan iklan. Biar lebih jelas, saya lampirkan contohnya



    Iklan yang muncul di komputer pengguna yang merupakan pendukung Hillary (lawan Trump) pertama kali berisi konten yang netral, tidak berpihak dan cenderung berisi kebaikan dari Hillary, tapi tetap menyebut Trump.

    Iklan selanjutnya yang muncul mulai berisi konten negatif dari Hillary. Mulai dari skandal, sampai keputusan-keputusan kontroversial dari Hillary.

    Akhirnya, iklan terakhir yang muncul adalah iklan yang berisi dukungan terhadap Trump untuk menjadi presiden. Cara mainnya haluuuussss banget.

    Lalu bagaimana cara melindungi privasi kita agar tidak disalahgunakan seperti kasus di atas?

    Teliti sebelum menggunakan aplikasi. Amati, apakah aplikasi itu meminta akses privasi kita, baca baik-baik data apa saja yang bisa diakses oleh aplikasi tersebut. Jika hanya email dan foto profil saya kira tidak masalah. Tapi jika sudah terlalu banyak, tinggalkan saja.

    Jangan terlalu lengkap mengisi biodata kita di media sosial. Cukup agar teman bisa mengenali kita saja,

    Dan yang terakhir, jangan pernah mengunggah dokumen yang berisi data pribadi seperti SIM, KTP, dan sebagainya.

    Rasa, termasuk cinta dan benci adalah rahmat. Ia datang langsung dariNya. Tak apa jika kau menyukai atau bahkan membenci seseorang. Tapi, jangan sekalikali mengekspresikan rasa secara berlebihan. Kecintaan kita akan sesuatu, bisa berubah menjadi dosa, jika diiringi hujatan atau tindak kekerasan. Begitu pula sebaliknya, kebencian kita akan berbuah pahala, jika kita pandai menutup aib serta menjaga ucapan kita terhadap orang yang kita benci. Salim sungkem...

    Disadur dari : https://tekno.kompas.com/read/2018/03/27/19110007/ini-cara-cambridge-gunakan-data-facebook-untuk-menangkan-trump

    No comments

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad